Critical Review Chapter 7 “Budaya Pariwisata” Dari Buku Michel Picard Yang Berjudul
“Bali: Pariwisata Budaya dan Budaya Pariwisata”.
Jakarta.
KPG (Kepusatakaan Pupuler Gramedia). 2006. 352 Halaman.
Chapter 7
yang berjudul “Budaya Pariwisata” secara garis besar Michel Picard pertama-tama
ingin menyelidiki apa yang terjadi dengan kebudayaan Bali bila dituntut
memberikan sumbangan pada pengembangan pariwisata Internasional di Indonesia
dan sekaligus pada pembinaan kebudayaan nasional Indonesia. Kemudian akan
melihat bagaimana orang Bali di tekan oleh kedua tuntutan yaitu turistifikasi
dan indonesianisasi yang berkaitan dengan
renaisans budaya dimana telah mencapai titik pandang tertentu dimana mereka
mencari dalam pandangan wisatawan dan orang Indonesia lainnya tentang pengakuan
identitas budaya mereka. (Hal 251).
Chapter
7 terdiri dari beberapa bagian pembahasan. Pada bagian pertama, “Pengembangan
Pariwisata Internasional dan Pembinaan Kebudayaan Nasional” yang membahas
antara lain: kebudayaan sebagai seni, kebudayaan Bali sebagai kebudayaan
daerah, serta integrasi nasional dan pembedaan antarprovinsi. Bagian kedua, “Wacana
Pariwisata Budaya” yang membahas tentang: kebudayaan sebagai warisan dan kebudayaan
sebagai modal, silsilah dan daftar, dan rumus ajaib. Bagian ketiga adalah
“Citra dan Tanda Identitas” yang membahas tentang: Bali apa kata mereka, GWK
dan BNR, dan apakah orang Bali semakin kehilangan kebudayaannya?.
1.
Pengembangan
Pariwisata Internasional Dan Pembinaan Kebudayaan Nasional
Michel
Picard membahas secara singkat tentang pengembangan pariwisata Internasional
dan pembinaan kebudayaan nasional. Dalam pembahasan ini Michel Picard lebih
menfokuskan tentang renaisans budaya,
yang dimaksud dengan istilah tersebut yaitu kebudayaan Bali telah amat berubah
(Hal 251). Yang menjadi kekurangan dalam pembahasan ini adalah Michel Picard
kurang menjelaskan secara rinci apa maksud dan tujuan pembahasan tentang
pengembangan pariwisata Internasional dan pembinaan kebudayaan Nasional dan
pandangannya tentang renaisans budaya
yang terlalu umum tampa penjelasan apa itu renaisans,
sehingga para pembaca akan merasa kurang memahami tentang topik yang dibahas.
Pada topik pertama ini Michel Picard ingin menjelaskan beberapa hal yaitu:
Budaya Sebagai Seni, Kebudayaan Bali Sebagai Kebudayaan Daerah, dan Integrasi
nasional dan Pembedaan Antarprovinsi.
Pembahasan
pertama yaitu Budaya Sebagai Seni, Michel Picard menjelaskan secara rinci
tentang budaya sebagai seni di Bali yang nampak jelas pada pesta kesenian Bali.
Michel Picard menguraikan bagaimana perta kesenian Bali digunakan sebagai alat
untuk membina kebudayaan Bali sambil mengembangkan pariwisata. Pesta kesenian
Bali berisi arak-arakan, pameran, pertunjukan, lomba, dan diskusi satra (Hal
253) serta terciptanya sendratari-sendratari yang telah menarik minat
masyarakat maupun pemerintah untuk ambil bagian seperti pengejaran tari dan
mengurus penyelenggaraan dan pembiayaan pertunjukkan-pertunjukkan yang
diselenggarakan di pesta kesenian Bali. Pada pembahasan pertama ini, Michel
Picard memberikan pemaparan yang sangat bagus serta penjelasan yang secara
detail tentang awal pesta kesenian Bali itu digagas sampai dengan pengembangan
pesta kesenian tersebut kedepannya.
Pembahasan
kedua adalah Kebudayaan Bali Sebagai Kebudayaan Daerah, dalam pembahasan
ini Michel Picard menguraikan tentang
bagaimana sebuah budaya dalam komunitas etnis di Indonesia dikendalikan atau di
kontrol oleh pemerintahan pada zaman orde baru. Yang menarik disini adalah,
untuk kebudayaan Bali banyak dipromosikan di tingkat nasional seperti kain
endek dan arsitektur yang beciri khas
Bali. Tetapi akibat promosi tersebut, banyak masyarakat khususnya di Jakarta menggunakan
kain endek dan mereka cenderung tidak mengetahui asal dari kain tersebut dan arsitektur tradisional
Bali yang banyak di jumpai juga di
beberapa tempat seperti di Taman Mini Indonesia Indah dan Bandara Soekarno
Hatta. Tetapi adanya promosi tersebut telah menjadikan arsitektur Bali diangkat
menjadi Wakil dari Indonesia (Hal 262). Pada pembahasan kedua ini, Michel
Picard menjelaskan secara detail dan singkat tentang bagaimana kebudayaan Bali
diangkat menjadi wakil kebudayaan Nasional, serta memberikan beberapa contoh
pembahasan tentang promosi budaya secara factual dan cukup kuat mendukung
pikiran utama tentang pembahasan kedua ini, dari kesimpulan yang diuraikan juga
telah mencapai kejelasan tentang tujuan pembahasan, sehingga para pembaca dapat
mengerti apa yang di uraikan oleh Michel Picard dalam pembahasan ini.
Pembahasan
ketiga yaitu “Integrasi Nasional dan Pembedaan Antarprovinsi”, dibagian ini
Michel Picard menguraikan beberapa penjelasan mengenai pemilihan suatu ciri
khas di suatu daerah yang nantinya akan diangkat menjadi unsur pembentuk dan
pembeda antarprovinsi. Pembentukan ciri khas daerah dan provinsi ini juga dapat
mewakili kebudayaan nasional Indonesia. Michel Picard dalam pembahasan ini
memberikan beberapa contoh tentang penjelasan bagaimana dalam bentuk yang
berbeda, proses pemilihan itu terjadi (Hal 264), sehingga terpilihlah lima
kebudayaan sebagai landasan identitas nasional yang diantaranya adalah
kebudayaan Bali, Jawa, Sunda, Melayu, dan Bugis. Dari pembahasan ketiga ini.
Secara garis besar tidak ada masalah
dalam penjelasan maupun uraian yang dijabarkan oleh Michel Picard karena pada
dasarnya Michel Picard mampu menyajikan informasi-informasi yang lengkap secara
baik. Serta Michel Picard juga menberikan kesimpulan terkait semua pembahasan
di bagian pertama diatas. Dari semua pembahasan tersebut Michel Picard
memberikan kesaling keterkaitan antara pembahasan pertama sampai ketiga
sehingga dapat dimengerti oleh para pembaca secara baik.
2.
Wacana
Pariwisata Budaya
Topik
ini Michel Picard menguraikan secara singkat tentang wacana pariwisata budaya
di Bali yang merupakan suatu inisiatif dari pihak orang Bali untuk “menguasai”
pariwisata, setelah pariwisata itu dipaksakan kehadiranya atas mereka oleh
pemerintah Indonesia (Hal 268). Dalam pembahasan bagian kedua ini Michel Picard
menguraikan tiga pembahasan yaitu: Kebudayaan Sebagai warisan dan Kebudayaan
Sebagai Modal, Silsilah atau Daftar, dan Rumus Ajaib.
Kebudayaan
Sebagai Warisan Dan Kebudayaan Sebagai Modal, dalam pembahasan pertama ini,
Michel Picard menjelaskan bagaimana budaya Bali sebelum adanya wisatawan masih
dianggap sebagai “warisan” dan sebaliknya setelah hadirnya wisatawan,
kebudayaan Bali dianggap sebagai suatu modal yang harus dilipat gandakan (Hal
269). Dalam wacana pariwisata budaya ini, Michel Picard menggambarkan
kebudayaan Bali selalu dikaitkan dengan tiga unsur yang merupakan tiga lapis
yang saling bertimpang tindih satu sama lain seperti agama, adat istiadat, dan
seni kebudayaan yang diperkenalkan sebagai ciri khas identitas Bali. Pada
pembahasan pertama ini, Michel Picard menyajikanya secara analitis bagaimana
kebudayaan Bali yang dulu dianggap sebagai warisan dan sekarang telah dianggap
sebagai modal. Sehingga dalam kesimpulannya bahwa kebudayaan Bali tidaklah hanya
milik orang Bali saja, karena yang mencitrakan Bali sebagai daerah tujuan
wisata adalah paduan antara agama, adat, dan seni. Itulah yang menjadi
kelebihan Bali sebagai daerah tujuan wisata, serta dengan ciri khas budaya Bali
tersebut sebagai modal mereka untuk memasarkan dan mempromosikan pariwisatanya
di tingkat Internasional.
Pembahasan
kedua yaitu “Silsilah Atau Daftar”. Dalam pembahasan ini Michel Picard lebih menjelaskan
beberapa paradigma yang terjadi terhadap kebudayaan Bali antara lain: citra
khas kebudayaan Bali yang menjadi produk utama pariwisata Bali seperti
pengelolaan tarian Bali yang dulunya untuk kegiatan adat, sekarang
dipertunjukkan untuk kegiatan pariwisata, warisan budaya Bali yang telah
berubah dari suatu nilai budaya yang harus dipertahankan menjadi nilai ekonomi
yang harus dibuat berlimpah ruah serta tradisi kebudayaan Bali bukan lagi
merupakan warisan yang diturunkan dari leluhur orang Bali tetapi telah
diciptakan demi kebutuhan masa kini (Hal 270).
Adanya
beberapa paradigma diatas merupakan ketakberdayaan masyarakat Bali dalam
menjaga warisan seni, budaya dan identitasnya sehingga identitas tersebut
menjadi konsumsi kegiatan pariwisata. Dari uraian tersebut dapat memberikan
pengetahuan yang bagus sekali bagi para pembaca, sehingga mereka dapat
mengetahui bagaimana sebuah pariwisata dapat merubah suatu tradisi budaya
menjadi bahan komersial untuk pariwisata.
Pembahasan
Ketiga yaitu “Rumus Ajaib”, yang dimaksud dengan rumus ajaib disini yaitu
penjelasan tentang wacana pariwisata budaya yang menurut Michel Picard
bagaimana wacana tersebut mencerminkan dominasi Bali, baik menempatkan
pariwisata sebagai tantangan yang berasal dari luar dengan meminta pemerintah
provinsi untuk bertanggung jawab secara yuridis yang memungkinkannya untuk
menentukan kebijakan pariwisata, maupun dengan mencoba menjadikan pariwisata
untuk mendapatkan pengakuan atas identitas Bali di panggung Negara Indonesia.
Michel
Picard menjelaskan sangat baik dan menyeluruh tentang wacana pariwisata budaya
sehingga terbukti berfungsi memberikan Bali pada suatu kebijakan yang
sesungguhnya. Dengan adanya wacana tersebut, instansi-instansi Bali
mencoba-coba menguasai apa yang sebenarnya tidak mungkin mereka tolak dan
menyingkirkan pengaruh negatifnya.
3.
Citra
dan Tanda Identitas
Dibagian ketiga ini Michel Picard
menjelaskan citra pariwisata Bali dengan pariwisata budayanya yang lama
kelamaan menghilang seiring makin bertumbuhnya kehidupan yang sangat liar dan
tidak terkontrol seperti munculnya penyakit AIDS yang di kecam sebagai hadiah
berbisa yang dibawakan oleh pengunjung dari luar daerah Bali. Adanya evolusi
tersebut membuat pariwisata Bali seperti kehilangan identitasnya sebagai daerah
tujuan wisata berbasis budaya. Dibagian ketiga ini Michel Picard akan membahas
tigal hal yaitu: Bali, Apa Kata Mereka, GWK dan BNR, dan yang terakhir adalah
Apakah Orang Bali Semakin Kehilangan Kebaliannya?. Dari beberapa topik tersebut
akan dijelaskan dibawah ini:
Bali, Apa Kata Mereka, pada bagian
ini Michel Picard menjelaskan tentang gejolak pariwisata Bali yang semakin
tergerus oleh datangnya para investor dari dalam maupu luar negeri yang ingin
membangun usaha pariwisata di Bali. Situasi ini menyebabkan terancamnya
pariwisata Bali seperti rusaknya lingkungan, kebudayaan tradisional, dan
kekhasan Bali oleh penyeragaman modern yang tak terhindarkan.
Dibagian ini Michel Picard
menguraikan sangat jelas bagaimana paradigma pariwisata Bali, sehingga para
pembaca sangat mengerti tentang apa yang terjadi dengan pariwisata Bali pada
tahun 1988 tersebut. Yang menjadi kekurangannya adalah contoh kasus yang belum
di uraikan secara jelas, sehingga para pembaca kurang mengetahui seperti apa
yang terjadi dengan gejolak tersebut.
GWK dan BNR, pada topik ini Michel
Picard menjelaskan tentang isu pembangunan mega proyek Garuda Wisnu Kencana
(GWK) dan Bali Nirwana Resort (BNR) yang dipenuhi dengan aksi penolakan dari
kalangan seniman, cendekiawan, ditambah oleh mahasiswa, dan anggota berbagai
LSM. Polemik pembangunan tersebut menurut mereka sebagai “megalomania” yang
menekankan bahwa monument masa lalu bukanlah “obyek” kosong secara spiritual
seperti halnya Garuda Wisnu Kencana, tetapi sebaliknya memainkan fungsi agama.
Serta pura Tanah Lot yang merupakan simbol identitas masyarakat Bali telah
dicemarkan oleh Bali Nirwana Resort dan menuduh pemerintah telah
menginjak-injak agama hindu untuk menarik para wisatawan.
Dibagian ini Michel Picard
menjelaskan secara detail tentang topic tersebut, mulai dari awal dibangunnya
Garuda Wisnu Kencana dan Bali Nirwana Resort, maksud dan tujuan pembangunannya,
dan biaya dan tempat pembangunannya. Serta polemic terkait dukungan dan
penolakan terkait dengan pembangunan tesbut yang dijelaskan secara baik oleh
Michel Picard sampai akhir. Michel Picard juga menjelaskan secara jelas dalam
menguraikan isu-isu dalam topic ini, sehingga para pembaca dapat mengerti
tentang apa maksud dan tujuan dalam topik ini.
Apakah Orang Bali Semakin
Kehilangan Kebalianya?, dibagian akhir ini Michel Picard mengulas tentang rasa
pemisinya masyarakat Bali akan hilangnya nilai seni dan budaya dan identitas
mereka karena tergerus oleh pariwisata. Istilah “Budaya Pariwisata” tepat
dipakai sejak orang Bali tidak membedakan kedua penggunaan kebudayaannya, yaitu
sejak tanda yang mencitrakan mereka di mata wisatawan menjadi tanda identitas
diri, atau dengan lain kata, sejak saat tuntutan promosi pariwisata meresapi
apa yang mendasari kemauan untuk melestarikan kebudayaan mereka sedemikian rupa
sehingga pada akhirnya mereka menganggap
citra produk wisata sebagai tanda identitas produksi budayanya. Dengan
semikian, orang Bali, oleh karena didorong untuk melestarikan dan mempromosikan
identitas budayanya dengan mengacu pada pandangan luar terhadap mereka, pada akhirnya mencari dalam
cermin yang disodorkan oleh wisatawan penegasan atas Kebalian mereka.
Dibagian terakhir ini, Michel
Picard juga mengulas tentang beberapa artikel-artiek yang membahas tentang
“orang Bali yang semakin kehilangan Kebaliannya” yang mengakibatkan
polemic-polemik dari kaum cendekiawan Bali karena menganggap pandangan dari
artiket tersenut terlalu radikal dan akan menjadi masalah terkait dengan
identitas budaya orang Bali.
Dari pemaparan Michel Picard pada chapter 7 yang berjudul “Budaya
Pariwisata”, dapat diambil
beberapa kesimpulan. Pertama, pokok bahasan penulisan ini menarik, karena topik
yang diangkat banyak terjadi di setiap Negara dimana suatu budaya telah menjadi
bahan komesil karena pariwisata. Kedua, penyusun mampu menjelaskan maksut dan
tujuan dari penulisan yang dibuat dengan menggunakan sistematika penulisan yang
baik, serta menguraikan informasi-informasi yang relevan terkait dengan judul
paembahasan, walaupun beberapa bagian terjadi pengulangan kasus yang terjadi.
Ketiga adalah di judul Budaya Pariwisata ini memberikan esensi terhadap bidang
keilmuan khususnya bidang pariwisata, sehingga dapat menjadi tolak ukur ataupun
sebagai referensi bagi pada akademisi untuk membahas tentang pariwisata.
Keempat adalah kesimpulan yang diuraikan oleh Michel Picard cukup baik,
walaupun secara keselurahan kesimpulan tidah menjelaskan bagian-bagian dari
penulisan ini. Yang terakhir, ulasan yang diberikan penulis sangat bermanfaat
untuk menambah wawasan pembaca mengenai pariwisata dan budaya pariwisata di
Indonesia dan Bali khususnya, yang mungkin sering kita alami didaerah tujuan
wisata dan juga bisa sebagai bahan pertimbangan untuk evaluasi perbaikan dalam
mengembangkan suatu seni dan budaya tradisional di Indonesia. Saya sebagai Reviewer merekomendasikan Buku Michel
Picard yeng berjudul Bali: Pariwisata Budaya dan Budaya Pariwisat bagi para
palaku usaha, pemerintah, akademisi maupun mahasiswa yang terjun dibidang
pariwisata untuk sekiranya dapat membaca buku ini, karena buku ini memberikan
penjelasan akurat tentang sejarah pariwisata Bali, pembangunan ekonomi
pariwisata di Bali, penataan pariwisata pulau Bali, paradigma pembangunan
pariwisata, dampak pariwisata terhadap masyarakat Bali serta budaya Bali yang
sangat bermanfaat bagi keilmuan dan kebijakan-kebijakan untuk pariwisata Indonesia
dan Bali pada Kususnya.
Jumlah Kata Review : 2000 Kata