Senin, 16 Februari 2015

Critical Review Chapter 7 “Budaya Pariwisata” Dari Buku Michel Picard Yang Berjudul “Bali: Pariwisata Budaya dan Budaya Pariwisata”.
Jakarta. KPG (Kepusatakaan Pupuler Gramedia). 2006. 352 Halaman.

Chapter 7 yang berjudul “Budaya Pariwisata” secara garis besar Michel Picard pertama-tama ingin menyelidiki apa yang terjadi dengan kebudayaan Bali bila dituntut memberikan sumbangan pada pengembangan pariwisata Internasional di Indonesia dan sekaligus pada pembinaan kebudayaan nasional Indonesia. Kemudian akan melihat bagaimana orang Bali di tekan oleh kedua tuntutan yaitu turistifikasi dan indonesianisasi yang berkaitan dengan renaisans budaya dimana telah mencapai titik pandang tertentu dimana mereka mencari dalam pandangan wisatawan dan orang Indonesia lainnya tentang pengakuan identitas budaya mereka. (Hal 251).
Chapter 7 terdiri dari beberapa bagian pembahasan. Pada bagian pertama, “Pengembangan Pariwisata Internasional dan Pembinaan Kebudayaan Nasional” yang membahas antara lain: kebudayaan sebagai seni, kebudayaan Bali sebagai kebudayaan daerah, serta integrasi nasional dan pembedaan antarprovinsi. Bagian kedua, “Wacana Pariwisata Budaya” yang membahas tentang: kebudayaan sebagai warisan dan kebudayaan sebagai modal, silsilah dan daftar, dan rumus ajaib. Bagian ketiga adalah “Citra dan Tanda Identitas” yang membahas tentang: Bali apa kata mereka, GWK dan BNR, dan apakah orang Bali semakin kehilangan kebudayaannya?.

1.      Pengembangan Pariwisata Internasional Dan Pembinaan Kebudayaan Nasional
            Michel Picard membahas secara singkat tentang pengembangan pariwisata Internasional dan pembinaan kebudayaan nasional. Dalam pembahasan ini Michel Picard lebih menfokuskan tentang renaisans budaya, yang dimaksud dengan istilah tersebut yaitu kebudayaan Bali telah amat berubah (Hal 251). Yang menjadi kekurangan dalam pembahasan ini adalah Michel Picard kurang menjelaskan secara rinci apa maksud dan tujuan pembahasan tentang pengembangan pariwisata Internasional dan pembinaan kebudayaan Nasional dan pandangannya tentang renaisans budaya yang terlalu umum tampa penjelasan apa itu renaisans, sehingga para pembaca akan merasa kurang memahami tentang topik yang dibahas. Pada topik pertama ini Michel Picard ingin menjelaskan beberapa hal yaitu: Budaya Sebagai Seni, Kebudayaan Bali Sebagai Kebudayaan Daerah, dan Integrasi nasional dan Pembedaan Antarprovinsi.
Pembahasan pertama yaitu Budaya Sebagai Seni, Michel Picard menjelaskan secara rinci tentang budaya sebagai seni di Bali yang nampak jelas pada pesta kesenian Bali. Michel Picard menguraikan bagaimana perta kesenian Bali digunakan sebagai alat untuk membina kebudayaan Bali sambil mengembangkan pariwisata. Pesta kesenian Bali berisi arak-arakan, pameran, pertunjukan, lomba, dan diskusi satra (Hal 253) serta terciptanya sendratari-sendratari yang telah menarik minat masyarakat maupun pemerintah untuk ambil bagian seperti pengejaran tari dan mengurus penyelenggaraan dan pembiayaan pertunjukkan-pertunjukkan yang diselenggarakan di pesta kesenian Bali. Pada pembahasan pertama ini, Michel Picard memberikan pemaparan yang sangat bagus serta penjelasan yang secara detail tentang awal pesta kesenian Bali itu digagas sampai dengan pengembangan pesta kesenian tersebut kedepannya.
Pembahasan kedua adalah Kebudayaan Bali Sebagai Kebudayaan Daerah, dalam pembahasan ini  Michel Picard menguraikan tentang bagaimana sebuah budaya dalam komunitas etnis di Indonesia dikendalikan atau di kontrol oleh pemerintahan pada zaman orde baru. Yang menarik disini adalah, untuk kebudayaan Bali banyak dipromosikan di tingkat nasional seperti kain endek  dan arsitektur yang beciri khas Bali. Tetapi akibat promosi tersebut, banyak masyarakat khususnya di Jakarta menggunakan kain endek dan mereka cenderung tidak mengetahui asal  dari kain tersebut dan arsitektur tradisional Bali yang  banyak di jumpai juga di beberapa tempat seperti di Taman Mini Indonesia Indah dan Bandara Soekarno Hatta. Tetapi adanya promosi tersebut telah menjadikan arsitektur Bali diangkat menjadi Wakil dari Indonesia (Hal 262). Pada pembahasan kedua ini, Michel Picard menjelaskan secara detail dan singkat tentang bagaimana kebudayaan Bali diangkat menjadi wakil kebudayaan Nasional, serta memberikan beberapa contoh pembahasan tentang promosi budaya secara factual dan cukup kuat mendukung pikiran utama tentang pembahasan kedua ini, dari kesimpulan yang diuraikan juga telah mencapai kejelasan tentang tujuan pembahasan, sehingga para pembaca dapat mengerti apa yang di uraikan oleh Michel Picard dalam pembahasan ini.
Pembahasan ketiga yaitu “Integrasi Nasional dan Pembedaan Antarprovinsi”, dibagian ini Michel Picard menguraikan beberapa penjelasan mengenai pemilihan suatu ciri khas di suatu daerah yang nantinya akan diangkat menjadi unsur pembentuk dan pembeda antarprovinsi. Pembentukan ciri khas daerah dan provinsi ini juga dapat mewakili kebudayaan nasional Indonesia. Michel Picard dalam pembahasan ini memberikan beberapa contoh tentang penjelasan bagaimana dalam bentuk yang berbeda, proses pemilihan itu terjadi (Hal 264), sehingga terpilihlah lima kebudayaan sebagai landasan identitas nasional yang diantaranya adalah kebudayaan Bali, Jawa, Sunda, Melayu, dan Bugis. Dari pembahasan ketiga ini. Secara garis besar tidak  ada masalah dalam penjelasan maupun uraian yang dijabarkan oleh Michel Picard karena pada dasarnya Michel Picard mampu menyajikan informasi-informasi yang lengkap secara baik. Serta Michel Picard juga menberikan kesimpulan terkait semua pembahasan di bagian pertama diatas. Dari semua pembahasan tersebut Michel Picard memberikan kesaling keterkaitan antara pembahasan pertama sampai ketiga sehingga dapat dimengerti oleh para pembaca secara baik.

2.      Wacana Pariwisata Budaya
Topik ini Michel Picard menguraikan secara singkat tentang wacana pariwisata budaya di Bali yang merupakan suatu inisiatif dari pihak orang Bali untuk “menguasai” pariwisata, setelah pariwisata itu dipaksakan kehadiranya atas mereka oleh pemerintah Indonesia (Hal 268). Dalam pembahasan bagian kedua ini Michel Picard menguraikan tiga pembahasan yaitu: Kebudayaan Sebagai warisan dan Kebudayaan Sebagai Modal, Silsilah atau Daftar, dan Rumus Ajaib.
Kebudayaan Sebagai Warisan Dan Kebudayaan Sebagai Modal, dalam pembahasan pertama ini, Michel Picard menjelaskan bagaimana budaya Bali sebelum adanya wisatawan masih dianggap sebagai “warisan” dan sebaliknya setelah hadirnya wisatawan, kebudayaan Bali dianggap sebagai suatu modal yang harus dilipat gandakan (Hal 269). Dalam wacana pariwisata budaya ini, Michel Picard menggambarkan kebudayaan Bali selalu dikaitkan dengan tiga unsur yang merupakan tiga lapis yang saling bertimpang tindih satu sama lain seperti agama, adat istiadat, dan seni kebudayaan yang diperkenalkan sebagai ciri khas identitas Bali. Pada pembahasan pertama ini, Michel Picard menyajikanya secara analitis bagaimana kebudayaan Bali yang dulu dianggap sebagai warisan dan sekarang telah dianggap sebagai modal. Sehingga dalam kesimpulannya bahwa kebudayaan Bali tidaklah hanya milik orang Bali saja, karena yang mencitrakan Bali sebagai daerah tujuan wisata adalah paduan antara agama, adat, dan seni. Itulah yang menjadi kelebihan Bali sebagai daerah tujuan wisata, serta dengan ciri khas budaya Bali tersebut sebagai modal mereka untuk memasarkan dan mempromosikan pariwisatanya di tingkat Internasional.
Pembahasan kedua yaitu “Silsilah Atau Daftar”. Dalam pembahasan ini Michel Picard lebih menjelaskan beberapa paradigma yang terjadi terhadap kebudayaan Bali antara lain: citra khas kebudayaan Bali yang menjadi produk utama pariwisata Bali seperti pengelolaan tarian Bali yang dulunya untuk kegiatan adat, sekarang dipertunjukkan untuk kegiatan pariwisata, warisan budaya Bali yang telah berubah dari suatu nilai budaya yang harus dipertahankan menjadi nilai ekonomi yang harus dibuat berlimpah ruah serta tradisi kebudayaan Bali bukan lagi merupakan warisan yang diturunkan dari leluhur orang Bali tetapi telah diciptakan demi kebutuhan masa kini (Hal 270).
Adanya beberapa paradigma diatas merupakan ketakberdayaan masyarakat Bali dalam menjaga warisan seni, budaya dan identitasnya sehingga identitas tersebut menjadi konsumsi kegiatan pariwisata. Dari uraian tersebut dapat memberikan pengetahuan yang bagus sekali bagi para pembaca, sehingga mereka dapat mengetahui bagaimana sebuah pariwisata dapat merubah suatu tradisi budaya menjadi bahan komersial untuk pariwisata.
Pembahasan Ketiga yaitu “Rumus Ajaib”, yang dimaksud dengan rumus ajaib disini yaitu penjelasan tentang wacana pariwisata budaya yang menurut Michel Picard bagaimana wacana tersebut mencerminkan dominasi Bali, baik menempatkan pariwisata sebagai tantangan yang berasal dari luar dengan meminta pemerintah provinsi untuk bertanggung jawab secara yuridis yang memungkinkannya untuk menentukan kebijakan pariwisata, maupun dengan mencoba menjadikan pariwisata untuk mendapatkan pengakuan atas identitas Bali di panggung Negara Indonesia.
Michel Picard menjelaskan sangat baik dan menyeluruh tentang wacana pariwisata budaya sehingga terbukti berfungsi memberikan Bali pada suatu kebijakan yang sesungguhnya. Dengan adanya wacana tersebut, instansi-instansi Bali mencoba-coba menguasai apa yang sebenarnya tidak mungkin mereka tolak dan menyingkirkan  pengaruh negatifnya.

3.      Citra dan Tanda Identitas
Dibagian ketiga ini Michel Picard menjelaskan citra pariwisata Bali dengan pariwisata budayanya yang lama kelamaan menghilang seiring makin bertumbuhnya kehidupan yang sangat liar dan tidak terkontrol seperti munculnya penyakit AIDS yang di kecam sebagai hadiah berbisa yang dibawakan oleh pengunjung dari luar daerah Bali. Adanya evolusi tersebut membuat pariwisata Bali seperti kehilangan identitasnya sebagai daerah tujuan wisata berbasis budaya. Dibagian ketiga ini Michel Picard akan membahas tigal hal yaitu: Bali, Apa Kata Mereka, GWK dan BNR, dan yang terakhir adalah Apakah Orang Bali Semakin Kehilangan Kebaliannya?. Dari beberapa topik tersebut akan dijelaskan dibawah ini:
Bali, Apa Kata Mereka, pada bagian ini Michel Picard menjelaskan tentang gejolak pariwisata Bali yang semakin tergerus oleh datangnya para investor dari dalam maupu luar negeri yang ingin membangun usaha pariwisata di Bali. Situasi ini menyebabkan terancamnya pariwisata Bali seperti rusaknya lingkungan, kebudayaan tradisional, dan kekhasan Bali oleh penyeragaman modern yang tak terhindarkan.
Dibagian ini Michel Picard menguraikan sangat jelas bagaimana paradigma pariwisata Bali, sehingga para pembaca sangat mengerti tentang apa yang terjadi dengan pariwisata Bali pada tahun 1988 tersebut. Yang menjadi kekurangannya adalah contoh kasus yang belum di uraikan secara jelas, sehingga para pembaca kurang mengetahui seperti apa yang terjadi dengan gejolak tersebut.
GWK dan BNR, pada topik ini Michel Picard menjelaskan tentang isu pembangunan mega proyek Garuda Wisnu Kencana (GWK) dan Bali Nirwana Resort (BNR) yang dipenuhi dengan aksi penolakan dari kalangan seniman, cendekiawan, ditambah oleh mahasiswa, dan anggota berbagai LSM. Polemik pembangunan tersebut menurut mereka sebagai “megalomania” yang menekankan bahwa monument masa lalu bukanlah “obyek” kosong secara spiritual seperti halnya Garuda Wisnu Kencana, tetapi sebaliknya memainkan fungsi agama. Serta pura Tanah Lot yang merupakan simbol identitas masyarakat Bali telah dicemarkan oleh Bali Nirwana Resort dan menuduh pemerintah telah menginjak-injak agama hindu untuk menarik para wisatawan.
Dibagian ini Michel Picard menjelaskan secara detail tentang topic tersebut, mulai dari awal dibangunnya Garuda Wisnu Kencana dan Bali Nirwana Resort, maksud dan tujuan pembangunannya, dan biaya dan tempat pembangunannya. Serta polemic terkait dukungan dan penolakan terkait dengan pembangunan tesbut yang dijelaskan secara baik oleh Michel Picard sampai akhir. Michel Picard juga menjelaskan secara jelas dalam menguraikan isu-isu dalam topic ini, sehingga para pembaca dapat mengerti tentang apa maksud dan tujuan dalam topik ini.
Apakah Orang Bali Semakin Kehilangan Kebalianya?, dibagian akhir ini Michel Picard mengulas tentang rasa pemisinya masyarakat Bali akan hilangnya nilai seni dan budaya dan identitas mereka karena tergerus oleh pariwisata. Istilah “Budaya Pariwisata” tepat dipakai sejak orang Bali tidak membedakan kedua penggunaan kebudayaannya, yaitu sejak tanda yang mencitrakan mereka di mata wisatawan menjadi tanda identitas diri, atau dengan lain kata, sejak saat tuntutan promosi pariwisata meresapi apa yang mendasari kemauan untuk melestarikan kebudayaan mereka sedemikian rupa sehingga pada akhirnya mereka menganggap citra produk wisata sebagai tanda identitas produksi budayanya. Dengan semikian, orang Bali, oleh karena didorong untuk melestarikan dan mempromosikan identitas budayanya dengan mengacu pada pandangan luar  terhadap mereka, pada akhirnya mencari dalam cermin yang disodorkan oleh wisatawan penegasan atas Kebalian mereka.
Dibagian terakhir ini, Michel Picard juga mengulas tentang beberapa artikel-artiek yang membahas tentang “orang Bali yang semakin kehilangan Kebaliannya” yang mengakibatkan polemic-polemik dari kaum cendekiawan Bali karena menganggap pandangan dari artiket tersenut terlalu radikal dan akan menjadi masalah terkait dengan identitas budaya orang Bali.
Dari pemaparan Michel Picard pada chapter 7 yang berjudul “Budaya Pariwisata”, dapat diambil beberapa kesimpulan. Pertama, pokok bahasan penulisan ini menarik, karena topik yang diangkat banyak terjadi di setiap Negara dimana suatu budaya telah menjadi bahan komesil karena pariwisata. Kedua, penyusun mampu menjelaskan maksut dan tujuan dari penulisan yang dibuat dengan menggunakan sistematika penulisan yang baik, serta menguraikan informasi-informasi yang relevan terkait dengan judul paembahasan, walaupun beberapa bagian terjadi pengulangan kasus yang terjadi. Ketiga adalah di judul Budaya Pariwisata ini memberikan esensi terhadap bidang keilmuan khususnya bidang pariwisata, sehingga dapat menjadi tolak ukur ataupun sebagai referensi bagi pada akademisi untuk membahas tentang pariwisata. Keempat adalah kesimpulan yang diuraikan oleh Michel Picard cukup baik, walaupun secara keselurahan kesimpulan tidah menjelaskan bagian-bagian dari penulisan ini. Yang terakhir, ulasan yang diberikan penulis sangat bermanfaat untuk menambah wawasan pembaca mengenai pariwisata dan budaya pariwisata di Indonesia dan Bali khususnya, yang mungkin sering kita alami didaerah tujuan wisata dan juga bisa sebagai bahan pertimbangan untuk evaluasi perbaikan dalam mengembangkan suatu seni dan budaya tradisional di Indonesia. Saya sebagai Reviewer merekomendasikan Buku Michel Picard yeng berjudul Bali: Pariwisata Budaya dan Budaya Pariwisat bagi para palaku usaha, pemerintah, akademisi maupun mahasiswa yang terjun dibidang pariwisata untuk sekiranya dapat membaca buku ini, karena buku ini memberikan penjelasan akurat tentang sejarah pariwisata Bali, pembangunan ekonomi pariwisata di Bali, penataan pariwisata pulau Bali, paradigma pembangunan pariwisata, dampak pariwisata terhadap masyarakat Bali serta budaya Bali yang sangat bermanfaat bagi keilmuan dan kebijakan-kebijakan untuk pariwisata Indonesia dan Bali pada Kususnya.

Jumlah Kata Review :  2000 Kata



Tidak ada komentar:

Posting Komentar