Pariwisata alternatif merupakan suatu
bentuk kegiatan kepariwisataan yang tidak merusak lingkungan, berpihak pada
ekologis dan menghindari dampak negatif dari pembangunan pariwisata berskala
besar yang dijalankan pada suatu area yang tidak terlalu cepat pembangunannya.
(Koslowski dan Travis: 1985).
Selain itu pariwisata alternatif adalah
kegiatan kepariwisataan yang memiliki gagasan yang mengandung arti sebagai
suatu pembangunan yang berskala kecil atau juga sebagai suatu kegiatan kepariwisataan
yang disuguhkan kepada wisatawan, dimana segala aktivitasnya turut melibatkan
masyarakat. (Saglio: 1979 dan Gonsalves: 1984).
Pariwisata alternative adalah suatu
bentuk pariwisata yang mengutamakan nilai-nilai alam, sosial dan nilai-nilai masyarakat
serta memungkinkan masyarakat lokal dan wisatawan menikmati interaksi yang
positif dan bermanfaat serta menikmati pengalaman secara bersama-sama (Eddington
& Smith, 1992:3)
Chiang Mai
(1984) “Alternative Tourism is a process which promotes a just form of travel
between members of different communities. It seeks to achieve mutual
understanding, solidarity and equality among participants.”
Budiarti
(2005:21) menjelaskan bahwa pariwisata alternative adalah pariwisata yang
muncul guna meminimalisir dampak negative dari perkembangan pariwisata missal
yang terjadi hingga saat ini. Dampak negative dari pariwisata masal atau
pariwisata berskala besar adalah ancaman terhadap kelestarian budaya dimana
budaya lebih dikomersialisasikan dibandingkan dijaga keaslian dan
kelestariannya.
Pengertian pariwisata alternative
Menurut Dernoi (1988:253), Initially
defined alternative tourism by accommodation in alternative tourism the client
receives accommodation directly in, or the home of, the host with, eventually,
other services and facilities affered there.
Menurut Wisnawa (2009). Secara sederhana, pariwisata alternative
adalah secara mengkhusus menawarkan sekumpulan pelayanan hospitality
(keramahtamahan) dan fitur-fitur yang diberikan kepada wisatawan oleh
masyarakat perseorangan, keluarga atau komunitas lokal.
Middleton (1998) (dalam Smith, 2001), menyebutkan
bahwa pariwisata alternatif merupakan suatu bentuk produk pariwisata yang
mepertimbangkan bahkan menuntut lebih akrab lingkungan dan tidak merusak
budaya.
Archer dan Cooper (1993), menyebutkan
bahwa pariwisata alternatif merupakan suatu pergerakan yang memiliki jalan
keluar untuk “mengobati sakit” dari pariwisata massal (Mass Tourism).
Smith (1992: 50-51), “certain kinds of tourism are called
alternative because they are not “exploitative” of local people”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar