Selasa, 26 Mei 2015

KUSTOMISASI MASSAL (MASS CUSTOMIZATION)

Saat ini ada sebuah era baru yang muncul dan itu disebut Kustomisasi Massal (Mass Customization) yang membuat sebuah produk lebih variatif (High Variety) dengan harga murah (low price). Menurut Laudon (2010), Kustomisasi Massal (mass customization) adalah kemampuan untuk menawarkan produk atau jasa yang disesuaikan secara individu dengan menggunakan sumber daya produksi yang sama seperti mass production. Kustomisasi Massal (Mass Customization) dapat menyesuaikan produk dengan cepat bagi nasabah maupun untuk pasar ceruk (niche), produksi efisiensi dari produksi massal dan waktu produksi lebih cepat. Menggunakan prinsip yang sama, mass customization merupakan Build-to-Orde, produk yang disesuaikan namun dapat diproduksi secara massal pula, (Chairia, 2012).
            Ada beberapa perusahan yang mengahdirkan era kustomisasi massal tersebut, diantaranya Dell, FedEx, Cemex, dan Anderson Corp. Untuk perusahaan-perusahaan ini menyajikan tahapan baru dalam hal kustomisasi massal yang memperkenalkan nilai pengalaman kepada pelanggan mereka. Mereka mengidentifikasi kekurangan yang ada diproduksi barang dan jasa, membedakan basis karakteristik individu pelanggan mereka sehingga penawaran yang diberikan kepada pelanggan benar-benar sesuai dengan keinginan pelanggan itu sendiri.
            Seperti halnya perusahaan Dell, mereka menawarkan kepada pelanggan yaitu komponen elektronik seperti CPU dan chip memori, disk drives, USB ports, software, dan sebagainya. Beberapa komponen tersebut memberikan kemudahan terhadap computer yang dimiliki oleh para pelanggan yang semuanya menghubungkan komposisi dari masing-masing computer dapat berbeda jauh dari pelanggan ke pelanggan lainnya.
            Perusahaan FedEx, mereka menghadirkan sesuatu yang unik, dimana mereka meyediakan layanan pengiriman paket dalam 1 malam dengan biaya yang sangat murah. Sedangkan perusahaan Cemex yang merupakan perusahaan beton terbesar di dunia yang berpusat di Monterrey, Mexico, memberikan tawaran kepada pelanggan yaitu beton siap pakai. Perusahaan Cemex benar-benar memperhatikan kualitas produk yang ditawarkan kepada pelanggan dengan membuat beton bangunan dengan memperhatikan kondisi cuaca di suatu Negara agar beton tersebut tahan lama, jadwal konstruksi serta pengiriman beton tersebut tepat waktu sehingga pelanggan merasa puas. Yang terakhir adalah perusahaan Anderson Corp yang berpusat di Bayport, Minnesota. Perusahaan ini mengembangkan alat desain multimedia yang disebut dengan jendela pengetahuan (The Window of Knowledge). Perusahaan ini membantu para distributor untuk berkolaborasi dengan konsumen untuk mendesian Window mereka sendri sehingga para pelanggan dapat mendesian windownya sesuai dengan keinginan mereka sendiri seperti tampilan video yang indah, membuat latar pemandangan yang bagus sehingga membuat para pelanngan yang lain terkagum.
            Berdasarkan ke empat perusahaan diatas, mereka menggunakan dua pola pendekatan dalam Mass customization  yaitu Customizers Adaptive dan Customizer Transparan. Menurut Gilmor dan Joseph (1997), pendekatan Customizers Adaptive, yaitu manufactur menawarkan produk standar, namun masih dapat disesuaikan. Produk dirancang dalam bentuk standar tersebut dibuat sedemikan rupa sehingga pengguna masih dapat mengubahnya sendiri. Sedangkan Customizer Transparan, menyediakan pelanggan dengan produk/layanan unik tanpa membiarkan mereka mengetahui secara eksplisit bahwa produk-produk dan jasa telah disesuaikan untuk mereka. Pendekatan transparan untuk kustomisasi tepat ketika kebutuhan spesifik pelanggan dapat diprediksi dengan mudah atau dapat disimpulkan dan terutama ketika pelanggan menyatakan kebutuhan mereka berulang kali. 
            Seluruh perusahaan ini menyadari kebutuhan untuk memberikan pelayanan yang memuaskan untuk pelanggan. Dalam keinginan perusahaan untuk memenuhi keinginan pelanggan, mendorong banyak perusahaan terpaksa menciptakan program-program baru dan prosedur untuk memenuhi setiap permintaan pelanggan. Dalam melakukan Mass Custimization, bagaimana perusahaan memberikan nilai yang unik/nilai tambah suatu produk sesuai keinginan pelanggan namun dengan cara yang efisien.





DAFTAR PUSTAKA

Chairia, Delfi. 2012. Mass Customization: Pengertian Dan Pendekatan. Diakses 26 Mei 2015. URL: http://ekonomi.kompasiana.com/manajemen/2012/10/13/mass-customization-pengertian-dan-pendekatan-500903.html


Gilmore, James H dan Pine II B. Joseph. 1997. “The Four Faces of Mass Customization”. Harvard Business Review; Vol 5 Issue 1 page 91 – 101 Jan/Feb 1997. United States.

Laudon, Kenneth dan Laudon, Jane. 2010. Management Information System. Pearson Education, United States

Selasa, 12 Mei 2015

DAMPAK FISIK TERHADAP PERKEMBANGAN PARIWISATA LAKEY-HU’U KABUPATEN DOMPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
      Perkembangan pariwisata di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) saat ini menunjukkan kemajuan yang signifikan, kemajuan tersebut tidak lepas dengan adanya infrastruktur pendukung yang telah memadai seperti adanya Bandara Internasional Lombok (BIL), Pelabuhan yang memadai, serta banyaknya daya tarik wisata alam maupun seni dan budaya yang beragam menjadikan Provinsi NTB menjadi salah satu primadona baru sebagai destinasi pariwisata di Indonesia.
      Dari data kunjungan tamu pada lima tahun terakhir yaitu 2009 sampai 2013 mengalami peningkatan disetiap tahunnya. Pada tahun 2009, total wisatawan yang mengunjungi NTB yaitu 619.370 orang yang terdiri dari 232.525 wisatawan mancanegara dan 386.845 wisatawan nusantara. Tahun 2010 total wisatawan yaitu 725.388 orang terdiri dari 282.161 orang wisatawan mancanegara dan 443.227 orang wisatawan nusantara. Tahun 2011 berjumlah 886.880 orang terdiri dari 364.196 orang wisatawan mancanegara dan 522.684 orang wisatawan nusantara. Tahun 2012 berjumlah 1.162.512 orang yang terdiri dari 471.076 orang wisatawan mancanegara dan 691.436 orang wisatawan nusantara. Terakhir pada tahun 2013 total wisatawan yaitu berjumlah 1.357.602 orang yang terdiri dari 565.944 wisatawan mancanegara dan 791.658 orang wisatawan nusantara. (Dinas Pariwisata Provinsi NTB: 2014). Program Visit Lombok Sumbawa (VLS) 2012 membawa dampak tersendiri terhadap peningkatan jumlah kedatangan wisatawan hal tersebut terbukti dengan meningkatnya kunjungan wisatawan mulai tahun 2012 ke 2013 yang melonjak tinggi, (Khalik: 2014).
            Salah satu daya tarik wisata yang terdapat di Provinsi NTB yaitu kawasan wisata Lakey-Hu’u. kawasan wisata ini terletak di Kabupaten Dompu di Pulau Sumbawa. Daya tarik wisata Lakey-Hu’u dikenal sebagai salah satu tempat surfing (berselancar) tebaik di Indonesia bahkan dunia. Terdapat enam jenis gelombang yang terdapat di Pantai Lakey yaitu: Lakey Peak, Lakey Pipe, Periscope, Cuplestone, Nangas Doros, dan Nangas (RTRW Kab. Dompu, 2012).           
      Seiring makin berkembangnya pariwisata di kawasan Lakey-Hu’u tentu akan memberikan dampak positif maupun negatif sebagaimana Gartner (1996) mengatakan bahwa  
“Tourism development invariably causes change.Some of change are beneficial, others are not. Whether change is considered good or bad depends on the individual and the interest group with which she/he aligned”.

Berdasarkan uraian tersebut bahwa perkembangan suatu destinasi pariwisata selalu menyebabkan perubahan baik itu yang bermanfaat maupun tidak, tergantung pada individu maupun kelompok yang berkepentingan. Dalam kaitannya dengan daya tarik wisata Lakey-Hu’u yang sedang berkembang saat ini, tentu akan ada beberapa dampak yang terjadi akibat adanya pembangunan tersebut, salah satunya adalah perubahan fisik yang terjadi di kawasan wisata Lakey’Hu’u. Maka dari itu, penulis tertarik untuk membahas dampak fisik terhadap perkembangan pariwisata Lakey-Hu’u di Kabupaten Dompu-NTB.

1.2  Rumusan Masalah
      Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis merumusakan permasalahan sebagai berikut: Bagaimanakah dampak fisik terhadap perkembangan pariwisata Lakey-Hu’u?


BAB II
PEMBAHASAN

            Daya tarik wisata sejatinya merupakan kata lain dari obyek wisata namun sesuai peraturan pemerintah Indonesia tahun 2009 kata obeyk wisata sudah tidak relevan lagi untuk menyebutkan suatu daerah tujuan wisatawan maka diguanakan kata “Daya Tarik Wisata”. Menurut Undang-Undang Kepariwisataan Nomor 10 Tahun 2009 disebutkan bahwa daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan. Yoeti (2006) telah membagi sebuah daya tarik wisata menjadi empat bagian aspek penting diantaranya daya tarik wisata alam yang meliputi pemandangan alam, laut, pantai, dan pemandangan alam lainnya.
      Daya tarik wisata Lakey-Hu’u merupakan salah satu daya tarik wisata favorit wisatawan khususnya wisatawan yang menyukai olahraga surfing. Keunikan ombak yang dimiliki serta pemandangan alam yang indah, membuat kawasan wisata ini banyak dikunjungi oleh wisatawan khususnya dari mancanegara. Makin banyaknya wisatawan yang mengunjungi kawasan Lakey-Hu’u tentu akan menimbulkan ketertarikan tersendiri bagi para pengusaha maupun pedagang untuk mengembangkan usahanya di daya tarik wisata Lakey-Hu’u. Dengan masuknya para pengusaha maupun pedagang di kawasan tersebut, tentu menimbulkan dampak fisik terkait banyaknya pembangunan seperti pembangunan hotel, restoran, maupun warung makan.
      Secara khusus Wall (2003) menjelaskan dampak pariwisata terhadap leingkungan fisik adalah:
Although the environment is one of the major drawcards of tourists, an increase in number of visitors brought by tourism can impact on the integrity and quality of the environment”

      Berdasarkan ungkapan dari Wall diatas dengan jelas dia mangatakan bahwa peningkatan jumlah pengunjung akibat dari perkembangan pariwisata tentu akan akan berdampak pada integritas dan kualitas lingkungan. Itu berarti bahwa kegiatan pariwisata tidak terlepas dari dampak yang ditimbulkan, terutama terkait dengan dampak fisik itu sendiri. Wall juga menegaskan mengenai betapa seriusnya dampak fisik yang ditimbulkan jika terjadi ketidak cocokan bentuk dari pengembangan  pariwisata, Sudiarta (2011).
      Pengembangan suatu destinasi pariwisata tentu sangat erat kaitannya dengan lingkungan fisik suatu daerah itu sendiri, namun demikian Inskeep (1991) menguraikan bahwa dampak yang ditimbulkan pariwisata terhadap lingkungan fisik tentu akan ada, karena wisatawan bukan hanya menikmati suatu keindahan destinasi yang ada, tetapi juga menikmati lingkungan yang disuguhkan oleh destinasi tersebut. Dengan demikian bahwa lingkungan fisik tentu sangat berpengaruh terhadap kegiatan pariwisata, untuk itu perlu adanya pengelolaan secara baik demi kepentingan pariwisata sehingga suatu destinasi tersebut dapat menarik para wisatawan. Akan tetapi pengelolaan yang cenderung tidak baik, tentu akan membawa dampak yang negatif terhadap lingkungan fisik suatu destinasi pariwisata itu sendiri.

Dampak Fisik Terhadap Perkembangan Pariwisata Lakey-Hu’u.
             Daya tarik wisata Lakey-Hu’u sebagai salah satu destinasi pariwisata yang berada di Provinsi NTB tentu tidak luput dari perhatian banyak pihak terutama bagi para investor maupun pedagang yang berniat untuk mengembangkan usahanya di kawasan tersebut. Dalam penulisan ini, penulis ingin membatasi pembahasan yang diangkat. Dalam kaitannya dampak lingkungan fisik ini, penulis mengangkat suatu masalah banyaknya pedagang kaki lima yang menjajakkan dagangannya di wilayah Lakey-Hu’u akibat dari pengembangan pariwisata di daerah tersebut.
            Saat ini, pemerintah Kabupaten Dompu belum mengeluarkan suatu Peraturan Daerah (Perda) terkait dengan pengelolaan pedagang di kawasan Lakey-Hu’u. sehingga mengakibatkan makin menjamurnya para pedagang yang menjual dagangannya di kawasan tersebut. yang lebih parah lagi, para pedagang telah membangun lapak dagangannya di depan hotel atau di pinggir pantai, sehingga mengakibatkan para wisatawan tidak bisa memandangi langsung laut di depan hotel akibat adanya lapak dagangan tersebut.
            Tidak adanya kontrol dari pemerintah setempat atas aktifitas pedagang di kawasan Lakey-Hu’u ternyata telah memberikan dampak negatif akan lingkungan serta kehindahan laut. Dari hasil observasi yang dilakukan bahwa dampak yang dihasilkan dari adanya para pedagang tersebut membuat kawasan wisata Lakey-Hu’u dipenuhi sampah, seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini.


Kondisi warung pedagang
Sumber: Dokumentasi Peneliti
Sampah yang berserakan dibelakang
Warung. Sumber: Dokumentasi peneliti
            Bedasarkan gambar diatas dapat kita lihat bahwa adanya pedagang di sekitar wilayah Lakey-Hu’u menimbulkan masalah baru yaitu banyaknya sampah yang ada di sekitar bibir pantai maupun area-area lain seperti di laut. Banyaknya pedagang tersebut telah menyebabkan lingkungan fisik tidak bagus untuk dipandang sehingga dapat mengganggu kenyamanan para wisatawan.
            Selain dampak negatif yang ditimbulkan tentu dampak positif dapat kita lihat akibat pengembangan pariwisata Lakey-Hu’u. Misalnya sebelum Lakey-Hu’u berkembang, kondisi jalan menuju kawasan Lakey-Hu’u masih sangat buruk dan sulitnya menemukan alat transportasi menuju ke wilayah tersebut. Dan saat ini, setelah pengembangan pariwisata Lakey-Hu’u telah di lakukan, akses menuju kawasan tersebut telah bagus serta transportasi pun telah tersedia untuk menuju ke Lakey-Hu’u.
                                                                                             
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
            Dari uraian yang telah dipaparkan diatas maka dapat disimpulkan bahwa perkembangan pariwisata merupakan industri yang dalam kegiatannya menimbulkan dampak positif maupun negatif. Dampak fisik yang banyak ditimbulkan adalah masalah lingkungan, kaitanya dengan lingkungan, kawasan Lakey-Hu’u saat ini mengalami masalah kebersihan dimana sampah-sampah banyak berserakan di sekitar pantai serta tidak adanya kontrol dari pemerintah membuat makin banyaknya pedagang yang menjajakkan dagangannya di sekitar wilayah Lakey-Hu’u sehingga mengakibatkan wilayah sekitar kelihatan tidak tertata dengan baik. Selain dampak negatif ada pula dampak positif yaitu akses jalan yang sudah diperbaiki serta adanya alat transportasi yang memadai.

3.2 Saran
            Adanya permasalah-permasalah diatas perlu adanya tata kelola yang baik. Khususnya bagi pemerintah setempak untuk membuat kebijakan untuk mengatur para pedagang di Lakey-Hu’u. Serta memberikan pengarahan kepada masyarakat setempak untuk selalu menjaga kebersihan di sekitar pantai sehingga para wisatawan merasa nyaman selama menginap di kawasan Lakey-Hu’u.





DAFTAR PUSTAKA
Inskeep, Edward. 1991. Tourism Planning: An Integrated and sustainable Approach. Van Nostrand Reinhold. New York, Inc

Khalik, Wahyu. 2014. Kajian Kenyamanan dan Keamanan Wisatawan di Kawasan Pariwisata Kuta Lombok. Tesis. Denpasar: Universitas Udayana.

Sudiarta, Made. 2011. Dampak Fisik, Ekonomi, Sosial Budaya Terhadap Pembangunan Pariwisata di Desa Serangan Denpasar-Bali. Pdf.

Yoeti, Oka A. 2006. Pemasaran Pariwisata. Edisi Revisi. Bandung: Angkasa