PENDAHULUAN
Pariwisata
sering dipersepsikan sebagai wahana untuk meningkatkan pendapatan, terutama
meningkatkan pendapatan pemerintah, khusunya perolehan devisa, sehingga
pembangunan lebih bersifat ekonomi sentris dan berorientasi terhadap
pertumbuhan. Karena jumlah perolehan devisa ditentukan oleh jumlah kunjungan,
pengeluaran, dan lama kunjungan wisatawan mancanegara maupun Indonesia. Maka
tolak ukur keberhasilan pengembangan pariwisata sering dinilai dengan
pencapaian target: jumlah kunjungan wisatawan mancanegara, pengeluaran
wisatawan mancanegara, lamanya wisatawan mancanegara tinggal, Sedarmayanti
(2014).
Dewasa ini perkembangan pariwisata
Indonesia semakin meningkat, seiring makin banyaknya destinasi-destinasi
pariwisata yang tersebar diseluruh pelosok Negeri yang menarik untuk dikunjungi
dan dinikmati. Berbagai macam jenis wisata ditampilkan di Indonesia seperti,
objek wisata alam, wisata bahari, agrowisata, wisata seni dan budaya, serta
jenis wisata lainnya yang bisa dinikmati di Negeri ini.
Perkembangan pariwisata tersebut
memberikan dampak yang bagus akan
berkembangnya pembangunan pariwisata di Indonesia, banyak daerah-daerah
tertinggal di Indonesia mulai melirik akan prospek perkembangan pariwisata kedepannya.
Seiring banyaknya potensi yang dimiliki daerah tersebut, menyebabkan adanya
keinginan untuk mengembangkan dengan tujuan untuk menambah peningkatan
pendapatan ekonomi serta kemakmuran bagi masyarakat.
Salah satu daerah yang memiliki
prospek perkembangan pariwisata di Indonesia yaitu Lombok-Nusa Tenggara Barat
(NTB). Pada saat ini, perkembangan pariwisata di Lombok menunjukkan peningkatan
yang sidnifikan seiring adanya faktor pendukung dalam mengembangkan suatu objek
wisata yaitu adanya attractions,
accessibilities, amenities, ancillaries, and community participation. Kelima faktor tersebut memberikan dampak yang
positif terhadap peningkatan jumlah kedatangan wisatawan di Lombok
Pesatnya pertumbuhan pariwisata Lombok
dengan daya tarik wisata yang beragam, membuat jumlah kunjungan wisatawan di Lombok
mengalami peningkatan. Berdasarkan jumlah tingkat kunjungan wisatawan ke
Provinsi Nusa Tenggara Barat pada lima tahun terakhir, memberikan dampak
terhadap perkembangan pariwisata Lombok. Jumlah kedatangan wisatawan
mancanegara maupun wisatawan nusantara di Provinsi Nusa Tenggara Barat
mengalami peningkatan pada lima tahun terakhir yaitu 2008-2012. Pada tahun 2008
tercatat kunjungan wisatawan mencapai 544.501 orang, terdiri 213.926 wisatawan
mancanegara dan 330.575 wisatawan nusantara. Tahun 2009 terdata 619.097 orang,
terdiri 232.252 wisatawan mancanegara dan 386.845 wisatawan nusantara.
Kunjungan wisatawan 2010 terdata 725.388 orang, terdiri 282.161 wisatawan
mancanegara dan 443.227 wisatawan nusantara. Tahun 2011 tercatat 886.880 orang,
terdiri 364.196 wisatawan mancanegara dan 522.684 wisatawan nusantara.
Sedangkan pada tahun 2012, kunjungan wisatawan ke Provinsi NTB mengalami
peningkatan yang sidnifikan yaitu mencapai 1.011.214 wisatawan, terdiri 411.073
wisatawan mancanegara dan 600.141 wisatawan nusantara (Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata NTB, 2013) dalam Khalik (2014). Peningkatan kunjungan wisatawan
tersebut tidak lepas dari partisipasi para pelaku wisata (masyarakat lokal) dan
pemerintah, sehingga pemerintah melakukan pembinaan masyarakat dengan
melibatkan mereka dalam berbagai kegiatan yang terkait dengan wisatawan baik
terlibat secara perorangan maupun secara bersama-sama.
Meningkatnya jumlah kunjungan yang
terjadi merupakan cermin dari terus berkembangnya kepariwisataan Lombok. Dengan
demikian untuk mempertahankan dan menambah jumlah kunjungan wisatawan pada
tahun berikutnya, hal tersebut tidak terlepas dari pentingnya membangun
pariwisata yang tidak hanya berbasis pariwisata alam maupun bahari, akan tetapi
pariwisata berbasis kebudayaan juga merupakan hal penting dalam mendukung serta
menambah objek wisata di Lombok.
Budaya di Lombok sangatlah beragam
salah satunanya adalah budaya tradisional seperti tari tradisional,
festival-festival, seni beladiri, seni ukir, dan kerajinan tenun. Keragaman
budaya ini sangat berpotensi untuk dikembangkan sebagai salah satu objek,
sehingga akan memicu terhadap peningkatan pendapatan ekonomi pemerintah maupun
masyarakat, tercipnya lapangan kerja, serta membaiknya pola hidup akibat adanya
pariwisata yang berbasis budaya tersebut.
Adanya potensi tersebut, akan menimbulkan
keinginan untuk membangun serta mengembangkan pariwisata khususnya pariwisata
yang berbasis budaya. Sehingga kedepannya akan lebih menarik minat para
wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara untuk mengunjungi Lombok dan
sekitarnya. Dengan adanya objek wisata budaya ini juga, memberikan lebih banyak
pilihan bagi wisatawan yang tidak hanya menikmati wisata alam dan bahari saja,
akan tetapi ada juga potensi wisata lain yang sangat sayang untuk dilewatkan
oleh mereka, pada saat berkunjung di Lombok yaitu Wisata Budaya. Tulisan ini
akan menguraikan tentang potensi pariwisata budaya di pulau Lombok, yang
menjadi studi kasusnya disini yaitu pariwisata budaya di Desa Sade-Lombok
Tengah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).
PEMBAHASAN
Budaya
merupakan suatu manifestasi dari akal atau budi manusia yang terbentuk dari
banyak unsur, mulai dari sistem kepercayaan, agama, bahasa, mata pencaharian,
hingga seni, yang kemudian menjadi cara hidup yang berkembang, dimiliki bersama
dan diwariskan dari generasi ke generasi, Wikipedia (dalam Nurdiyansah, 2014). Budaya
bersifat jamak, aktif, dan hidup, karena berada dalam dimensi dan aspek yang
berbeda, maka masing-masing masyarakat yang tinggal dan menetap disuatu kawasan
pun memiliki budaya yang berbeda. Perbedaan itulah yang membuatnya unik dan
menarik bagi yang lain.
Di Indonesia sendiri, cultural tourism telah ada sejak
berabad-abad lampau. Pada era kejayaan Hindu-Budha, perjalanan wisata dilakukan
untuk mengunjungi tempat-tempat sakral (bangunan leluhur sebagai produk
wisata). Motivasi untuk mendapatkan pengalaman baru secara batiniah di tempat
yang berbeda dianggap penting sebagai relaksasi dan memperkaya diri secara
batiniah. Begitu pula tradisi di berbagai kepercayaan dan agama besar saat itu,
Nurdiyansah (2014).
Pariwisata budaya adalah perpaduan dua unsur, sebagai
industri maupun sebagai sistem yang berkelanjutan. Caranya adalah dengan mengatur di satu sisi penyediaan,
pengembangan, pemanfaatan dan pemiliharaan sumber daya budaya secara
berkelanjutan. Di sisi lain, menghindari kerancuan terminologi baik dari
unsur budaya maupun pariwisata.
Banyak orang bicara tentang kebudayaan, tetapi definisi yang digunakannya
belum tentu sama. Ada yang menyebut kebudayaan dengan mengacu pada hasil karya
manusia yang indah-indah dan lebih
menjurus pada istilah kesenian. Beberapa yang lain menggunakan istilah
kebudayaan untuk menyatakan ciri-ciri yang tampak pada sekelompok anggota
masyarakat tertentu sehingga dapat digunakan untuk membedakannya satu kelompok
dari kelompok lain. Ada pula yang menggunakan istilah kebudayaan untuk
menyatakan tingkat kemajuan teknologi yang didukung tradisi tertentu. Lalu,
dengan pengertian seperti apakah yang dapat menjadikan Kebudayaan dengan
komponennya dapat menjadi daya tarik pariwisata?
2.1 Budaya
Kebudayaan merupakan
hasil karya manusia dalam meningkatkan taraf hidup dan sebagai proses adaptasi
dengan lingkungan. Sebagai sebuah sistem, kebudayaan perlu
dilihat dari perwujudan kehidupan manusia yang terkait dengan ide, perilaku dan
material yang dipengaruhi oleh berbagai aspek.
Dalam khasanah antropologi, kebudayaan dalam perspektif klasik
didefinisikan oleh Koentjaraningrat
(1990)
sebagai keseluruhan sistem mencakup segala hal yang merupakan hasil cipta,
karsa, dan karya manusia yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.
Dalam perspektif yang lebih kontemporer, kebudayaan didefinisikan sebagai suatu
sistem simbol dan makna dalam sebuah masyarakat yang di dalamnya terdapat
norma-norma, nilai-nilai tentang hubungan sosial dan perilaku yang menjadi
identitas dari masyarakat bersangkutan.
Budaya adalah
hasil karya manusia dalam meningkatkan taraf hidup dan proses adaptasi dengan
lingkungan. Sebagai sebuah sistem, budaya perlu dilihat dari perwujudan
kehidupan manusia yang terkait dengan ide, perilaku dan material hasil cipta,
karsa, dan karya manusia yang di dalamnya terdapat norma-norma, nilai-nilai
hubungan sosial dan perilaku yang menjadi identitas dari masyarakat. Hasil
konferensi UNESCO menyebutkan secara luas bahwa apa yang disebut budaya tidak
hanya didefinisikan sebagai seni pertunjukkan seperti musik, tari, teater atau
lainnya seperti seni lukis, patung, sastra, bangunan dan sebagainya. Namun
mencakup pengertian pada pemikiran lebih luas lagi sebagai komponen utama dalam
menemukenali identitas manusia pada satu kelompok, suku etnis, atau bangsa.
Singkatnya, kebudayaan adalah “social heritage” dari hasil karya manusia
dalam mempertahankan dan meningkatkan taraf hidup, proses adaptasi dengan
lingkungan dan lain sebagainya.
Budaya manusia dibedakan oleh sejarah, latar belakang dan pengembangan
sosial. Budaya merupakan “identitas”
yang memiliki kesamaan ciri-ciri bawaan
(traits), dan dapat dikelompokkan meliputi komponen living culture
(sosial, ekonomi, politik, bahasa, religi, estetika dan mata pencaharian), wisdom
and technology (mata pencaharian, kedamaian, kesenangan, bahasa,
pendidikan, pengetahuan,dan teknologi), serta culture heritage mencakup
artifak, monumen, manuskrip, tradisi, dan seni.
2.2 Pariwisata
Tourism
is the totality of the relationship and phenomena arising from the travel and stay of strangers (orsfremde), provided the stay does not imply
the establiment of apermanent residence and is not connected with remunerated
activity (Krapf, 1942).
Salah satu rumusan penting adalah deklarasi Piagam Pariwisata berkelanjutan
yang menyatakan “Pengembangan pariwisata didasarkan pada kriteria keberlanjutan
yang secara ekologis harus dikelola dalam jangka panjang, dengan tetap
memperhatikan aspek ekonomi, etika dan sosial masyarakat.” (Piagam Pariwisata Berkelanjutan, 1995). Disebutkan bahwa pariwisata
yang tepat adalah pariwisata yang secara aktif membantu dalam menjaga
keberlangsungan suatu daerah kebudayaan, sejarah dan alam.
Menurut
Hartanto (2003) dalam Ardiwidjaja, beberapa pemahaman yang perlu diinternalisasikan kepada
semua pemangku antara lain:
a.
pariwisata
berkelanjutan mengandung semangat konservatif, bukan eksploitatif (mencegah
komersialisasi alam dan budaya);
b.
kegiatan
pariwisata adalah suatu proses ekonomisasi pengalaman, dimana terkait dengan
pemuasan kebutuhan manusia yang mampu memberi sesuatu melebihi ekspektasi;
c.
pariwisata
berkelanjutan memberi kepuasan maksimal kepada semua pihak;
d.
pariwisata
berkelanjutan tumbuh secara alamiah yang berbasis masyarakat, lingkungan alam
dan sosial-budaya; masyarakat menjadi inti kegiatan pariwisata;
e.
pariwisata
berkelanjutan diarahkan agar berkembang dengan adil bersama masyarakat, masyarakat sebagai pelaku utama dalam kegiatan kepariwisataan
2.3 Pariwisata
Budaya
Banyak orang bicara
tentang pariwisata budaya, akan tetapi pengertian yang dipakai oleh setiap
pembicara belum tentu sama. Sementara orang menggunakan istilah kebudayaan
untuk menyatakan hasil karya manusia yang indah-indah atau dengan lain perkataan
terbatas pada kesenian.
Pariwisata budaya merupakan jenis pariwisata yang berdasarkan pada mosaik
tempat, tradisi, kesenian, upacara-upacara, dan pengalaman yang memotret
bangsa/suku bangsa, yang merefleksikan keanekaragaman dan identitas dari
masyarakat atau bangsa bersangkutan.
Secara
konseptual berdasarkan referensi definisi dan acuan yang ada, pariwisata budaya
adalah suatu “konsep” pengembangan pariwisata berbasis sumberdaya
budaya yang bertujuan untuk mendukung upaya-upaya pelestarian budaya dan lingkungannnya.
Caranya adalah melalui peningkatan partisipasi masyarakat dalam memanfaatkan
secara berkelanjutan sumberdaya budaya sebagai daya tarik pariwisata guna
meningkatkan taraf hidup dan ekonomi masyarakat setempat.
Setiap orang akan memberikan pengertian
yang berbeda, di satu sisi pariwisata budaya diartikan sebagai pariwisata yang
berhubungan dengan cipta karya (creative art) seperti teater, tari,
opera dan lukis. Di sisi lain diartikan sebagai pariwisata yang berhubungan
dengan cipta Karsa (Humanities) seperti sejarah, tradisi, adat istiadat,
bahasa dan sebagainya.
Pariwisata budaya khususnya dalam rangka pelestarian, peran masyarakat
lokal sebagai pemilik budaya lebih didahulukan dalam memilah komponen budaya
mana yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pariwisata. Oleh karenanya dalam
mengakomodasi kepentingan dimaksud, beberapa kriteria yang perlu diperhatikan
dalam mengembangkan pariwisata budaya mencakup:
a.
Wisata
budaya adalah kegiatan perjalanan seseorang atau kelompok untuk melihat, meneliti,
mengetahui, dan memahami kebudayaan (tradisi, perilaku, kerajinan, kesenian,
dll) masyarakat di suatu tempat dalam waktu tertentu,
b.
Wisata budaya adalah kegiatan perjalanan
seseorang atau kelompok untuk melihat, meneliti, mengetahui, dan memahami hal-hal
yang berbeda dengan kehidupan sehari-hari (eksotis), yang dilakukan dalam waktu
tertentu (sementara).
c.
Wisata budaya adalah kegiatan perjalanan
seseorang atau kelompok melihat, meneliti, mengetahui, dan memahami kebudayaan
masyarakat di suatu tempat dari waktu ke waktu (bukan hanya kebudayaan yang
bersifat tradisional saja melainkan kebudayaan yang sudah dipengaruhi oleh
kebudayaan lain)
d.
Wisata budaya berkaitan dengan obyek
yang memiliki daya tarik kelokalan, menghasilkan nilai tambah dan manfaat, serta
berkelanjutan
e.
Wisata
budaya juga berkenaan dengan fasilitas, aksesibilitas, pelaku, modal, dan
sistem informasi, Ardiwidjaja (tanpa tahun)
2.4 Potensi
Pariwisata Budaya Desa Sade di Pulau Lombok
Suku
sasak merupakan penduduk asli Pulau Lombok yang terkenal dengan keyakinan Wektu Telu-nya. Wektu Telu adalah sebuah
kepercayaan islam dengan perpaduan unsur-unsur Hindu, Budha, dan kepercayaan
tradisional setempat. Meskipun mayoritas penduduk Lombok adalah suku sasak
dengan kepercayaan Waktu Telu, ada juga masyarakat yang masih memiliki
kepercayaan anmisme-buddhisme yang disebut Bodha.
Gambar
1.1: Papan Selamat Datang di Desa Sade
Desa
sasak yang paling tua di Lombok adalah Des Bayan yang terletak tidak jauh dari
kaki Gunung Rinjani. Namun jika anda ingin mengenal budaya dan kehidupan suku
Sasak lebih jauh, maka tempat yang paling tepat dikunjungi adalah Desa Sade. Desa
Sade terletak di Kecamatan Pujuk, Kabupaten Lombok Tengah, sekitar 30 km dari
Kota Mataram. Masyarakat desa ini memilih mengabaikan modernisasi dunia luar
dan terus melestarikan tradisi budaya mereka mulai dari bangunan rumah, adat
istiadat, hingga kesenian berupa kerajinan tangan dan tarian yang sangat
menarik untuk disaksikan.
Rumah-rumah
di desa ini terbuat dari bambu dan kayu serta atap dari bahan ijuk dan jerami.
Selain bahan bangunan, bentuk rumah-rumah ini juga sangat unik, kita dapat
melihat struktur atap yang membentuk khas dan tinggi. Bagian dalam pun begitu,
setiap rumah di desa Sade ini hanya terdiri dari 2 bagian, bagian depan untuk
tempat menerima tamu dan bagian belakang sebagai dapur yang posisinya lebih
tinggi 2 anak tangga dari ruang depan. Karena kehidupan masyarakat disini yang
tetap menggunakan caratradisional, maka anda tidak akan menemukan pendingin
udara atau kompor di dalam rumah. Mereka masih tetap memasak menggunakan kayu
bakar di tungku yang terbuat dari tanah liat.
Gambar: Rumah di Desa Sade
Menurut Magdalena (Tanpa Tahun), bangunan
rumah di Desa Sade dinamakan ‘Bale’, ada beberapa bale di Desa Sade dan
bale-bale tersebut memiliki fungsi yang berbeda-beda, diantaranya:
1.
Bale
Tani
Yaitu bale yang berbentuk limasan
atau joglo, seperti rumah adat Jawa dan merupakan bangunan rumah untuk tempat
tinggal masyarakat Sasak yang berprofesi sebagai petani. Bale Tani berlantaikan
tanah dan terdiri dari beberapa ruangan, yaitu: satu ruang untuk serambi
(sesangkok) dan satu ruang untuk kamar (dalam bale). Walaupun dalam bale
merupakan ruangan untuk tempat tidur, tetapi kamar tersebut tidak digunakan
sebagai tempat tidur. Dalam bale digunakan sebagai tempat menyimpan barang
(harta benda) yang dimilikinya atau tempat tidur anak perempuannya, sedangkan
anggota keluarga yang lain tidur di serambi. Untuk keperluan memasak (dapur),
keluarga Sasak membuat tempat khusus yang disebut pawon.
2.
Bale
Jajar
Yaitu bangunan rumah tinggal orang
Sasak golongan ekonomi menengah ke atas. Bentuk Bale Jajar hampir sama dengan
Bale Tani, yang membedakan adalah jumlah dalam balenya. Bale Jajar mempunyai
dua kamar (dalam bale) dan satu serambi (sesangkok), kedua kamar tersebut
dipisah oleh lorong/koridor dari sesangkok menuju dapur di bagian belakang.
Ukuran kedua dalem bale tersebut tidak sama, posisi tangga/pintu koridornya
terletak pada sepertiga dari panjang bangunan Bale Jajar. Bahan yang dibutuhkan
untuk membuat Bale Jajar adalah tiang kayu, dinding bedek dan alang-alang untuk
membuat atap. Penggunaan alang-alang saat ini sudah mulai diganti dengan
menggunakan genteng tetapi dengan tidak merubah tata ruang dan ornamennya.
Bangunan Bale Jajar biasanya berada dikomplek pemukiman yang luas dan ditandai
oleh keberadaan sambi yang menjulang tinggi sebagai tempat penyimpanan
kebutuhan rumah tangga atau keluarga lainnya. Bagian depan Bale Jajar ini
bertengger sebuah bangunan kecil (disebut berugaq atau sekepat) dan pada bagian
belakangnya terdapat sebuah bangunan yang dinamakan Sekenam, bangunan seperti
Berugaq dengan tiang berjumlah enam.
3.
Bale
Barugaq/Sekepat
Yaitu bale yang mempunyai bentuk
segi empat sama sisi (bujur sangkar) tanpa dinding, penyangganya terbuat dari
kayu, bambu dan alang-alang sebagai atapnya. Berugaq atau Sekepat biasanya
terdapat di depan samping kiri atau kanan Bale Jajar atau Bale Tani.
Berugaq/Sekepat ini didirikan setelah dibuatkan pondasi terlebih dahulu
kemudian didirikan tiangnya. Di antara keempat tiang tersebut, dibuat lantai
dari papan kayu atau bilah bambu yang dianyam dengan tali pintal (Peppit)
dengan ketinggian 4050 cm di atas permukaan tanah. Fungsi dan kegunaan
Berugaq/Sekepat adalah sebagai tempat menerima tamu, karena menurut kebiasaan orang
Sasak, tidak semua orang boleh masuk rumah. Berugaq/Sekepat juga digunakan
pemilik rumah yang memiliki gadis untuk menerima pemuda yang datang midang
(melamar).
4.
Sekenam
Yaitu bale yang bentuknya sama
dengan bale Berugaq/Sekepat, hanya saja Sekenam mempunyai tiang sebanyak enam
buah dan berada di bagian belakang rumah. Sekenam biasanya digunakan sebagai
tempat kegiatan belajar mengajar tata krama, penanaman nilai-nilai budaya dan
sebagai tempat pertemuan internal keluarga.
5.
Bale
Bonter
Yaitu bangunan tradisional Sasak
yang umumnya dimiliki oleh para Perkanggo/Pejabat Desa, dusun/kampung. Bale
Bonter biasanya dibangun di tengah-tengah pemukiman dan atau di pusat
pemerintahan desa/kampung. Bale Bonter dipergunakan sebagai tempat
pesangkepan/persidangan adat, seperti: tempat penyelesaian masalah pelanggaran
hukum adat, dan sebagainya. Bale Bonter juga disebut gedeng pengukuhan dan
tempat penyimpanan benda-benda bersejarah atau pusaka warisan keluarga. Bale
bonter berbentuk segi empat bujur sangkar, memiliki tiang paling sedikit 9 buah
dan paling banyak 18 buah. Bangunan ini dikelilingi dinding bedek sehingga jika
masuk ke dalamnya seperti aula, atapnya tidak memakai nock/sun, hanya pada
puncak atapnya menggunakan tutup berbentuk kopyah berwarna hitam.
6. Bale Beleq Bencingah
Salah satu sarana penting bagi
sebuah kerajaan. Bale Beleq diperuntukkan sebagai tempat kegiatan besar
kerajaan sehingga sering juga disebut Bencingah. Adapun upacara kerajaan yang
biasa dilakukan di Bale Beleq diantaranya adalah :
a. Pelantikan pejabat kerajaan
b. Penobatan Putra Mahkota Kerajaan
c. Pengukuhan/penobatan para Kiai
Penghulu (Pendita) Kerajaan
d. Sebagai tempat penyimpanan
benda-benda pusaka kerajaan seperti persenjataan dan benda pusaka lainnya seperti
pustaka/dokumen-dokumen kerajaan.
7.
Bale
Tajuk
Yaitu salah satu sarana pendukung
bagi bangunan rumah tinggal yang memiliki keluarga besar. Bale Tajuk berbentuk
segi lima dengan tiang berjumlah lima buah dan biasanya berada di tengah
lingkungan keluarga Santana. Tempat ini dipergunakan sebagai tempat pertemuan
keluarga besar dan pelatihan Macapat Takepan, untuk menambah wawasan dan tata
krama..
Masyarakat
dusun Sade memang menolak modernisasi, mereka nyaman hidup dengan cara mereka
sendiri. Oleh karenanya, tak heran jika kehidupan tradisional masih sangat
kental disini. Aktivitas
kaum laki-laki di desa sade rata-rata berprofesi sebagai petani dan kaum
perempuan selain sebagai pekerja ibu
rumah tangga, mereka juga mempunyai
pekerjaan sampingan yaitu menenun. Perempuan Desa Sade
telah mampu menghasilkan tenun ikat yang indah khas Lombok yang dipasarkan di
Art Shop dan menjadi pilihan cinderamata wisatawan baik mancanegara maupun
domestik.
Gambar:
Aktivitas Menenun Warga Desa Sade
Selain
menghasilkan tenun ikat khas Lombok, di Desa Sade juga banyak ditemukan
berbagai macam aksesoris seperti kalung, gelang ataupun wadah perhiasan sebagai
oleh-oleh dari Lombok, beberapa motif yang sering menghiasi aksesoris tersebut
biasanya berupa cicak, symbol keberuntungan menurut masyarakat setempat.
Gambar:
Aksesoris di Desa Sade
Selain
aktivitas penduduk Sade yang terbilang tradisional, masih terdapat aktivitas
lain yang bisa dinikmati di Desa Sade yaitu pesta kesenian dan tradisi budaya
sasak yang masih sangat kental di Desa tersebut. Meskipun budaya sasak
dipengaruhi Bali dan Jawa, tetapi perpaduan budaya di Lombok merupakan hal yang
unik dan menarik untuk diamati.
Salah
satu kesenian tradisional yang bisa kita temukan di Desa Sade yaitu, tarian upacara
Gendang Beleq. Gendang Beleq dimainkan oleh dua musisi menggunakan drum besar
saat berhadapan, Kesenian Gendang
Beleq sudah menjadi tradisi di Suku Sasak sejak lama dan merupakan
kesenian peninggalan Kerajaan Selaparang Lombok yang menguasai sebagian wilayah
pulau Lombok bagian timur pada zaman kerajaan Anak Agung. Disebut Gendang
Beleq, karena menggunakan Gendang berukuran besar yang dalam bahasa sasak
disebut Beleq. Kesenian Gendang Beleq, awal masuknya di
pulau Lombok, digunakan oleh para tokoh agama untuk menyebarkan islam di daerah
ini. Saat itu, kesenian ini dimainkan untuk mengumpulkan warga, yang akan
diberikan ceramah agama maupun kegiatan keagamaanlainnya.
Untuk memainkan kesenian ini membutuhkan
kekompakan dalam kelompok, sehingga harus dimainkan secara utuh. Musik yang
dimainkan, tari yang ditampilkan dalam kesenian Gendang Beleq, menggambarkan
jiwa satria masyarakat Suku Sasak Lombok dalam mempertahankandaerahnya.
Pada zaman kerajaan Selaparang, biasanya tari
Gendang Beleq dipentaskan untuk melepas prajurit ke medan perang. Tujuannya,
agar para prajurit yang akan berlaga di medan pertempuran tetap bersemangat dan
bergairah untuk membela daerahnya saat itu. Demikian juga setelah prajurit
pulang dari medan pertempuran, disambut kesenian Gendang Beleq di pintu masuk
desa, sebagai rasa syukur atas perjuangan mereka. Tradisi Gendang beleq masih
dilakukan hingga saat ini untuk menyambut tamu undangan.
Gambar: Tarian Gendang Beleq
Kesenian lain yang menarik untuk kita saksikan di Desa
Sade yaitu Kesenian Peresehan, menurut Wikipedia (2014) Peresean adalah pertarungan antara dua lelaki yang bersenjatakan
tongkat rotan
(penjalin) dan berperisai kulit kerbau yang tebal dan keras (perisai disebut ende).
Tradisi ini dilakukan oleh masyarakat suku Sasak, Lombok, Nusa Tenggara Barat.
Peresean termasuk dalam seni tari daerah Lombok. Petarung dalam Peresean
biasanya disebut pepadu dan
wasit disebut Pakembar.
Dahulu
Peresean digelar untuk melatih ketangkasan suku Sasak dalam mengusir para
penjajah. Latar belakang Peresean adalah pelampiasan emosional para raja di
masa lampau ketika menang dalam perang tanding melawan musuh-musuhnya. Selain
itu, dahulu Peresean juga termasuk mdeia yang digunakan oleh para pepadu untuk melatih ketangkasan, ketangguhan,
dan keberanian dalam bertanding. Konon, Peresean juga sebagai upacara memohon hujan bagi suku Sasak di musim kemarau.
Kini, Peresean digelar untuk menyambut tamu atau wisatawan yang berkunjung ke Lombok.
Gambar:
Kesenian Peresean
Budaya
di Desa Sade bisa dibilang sangat tradisional, meskipun pada era globalisasi
sekarang ini masih banyak budaya-budaya daerah di Indonesia yang telah di
modifikasi karena adanya pariwisata. Meskipun pariwisata telah lama berkembang
dan dikenal di Desa Sade tetapi budaya di Desa Sade masih tetap terjaga
keasliannya, dengan adanya peraturan desa yang masih ketat, membuat Desa Sade
sendiri masih bertahan akan pengaruh-pengaruh luar, sehingga dapat budaya di
Desa Sade tetap terjaga sampai sekarang ini, dan telah siap untuk menjadi salah
satu destinasi pariwisata di Pulau Lombok. Keaslian budaya Desa Sade menjadikan
ciri khas bagi pulau Lombok untuk menarik para wisatawan mancanegara maupun
wisatawan nusantara. Dirahapkan dengan makin berkembangnya pariwisata di pulau
Lombok, akan terus memberikan hasil yang maksimal bagi masyarakat setempat baik
dampak ekonomi, maupun dampak akan kemajuan pariwisata di pulau Lombok - Nusa
Tenggara Barat (NTB).
DAFTAR PUSTAKA
Ardiwidjaja,
Roby. -----. Pariwisata
Budaya: Sebagai Salah Satu Alat Pelestari Kesenian Tradisional. (diakses 08
november 2014). URL: http://www.academia.edu/4929428/PARIWISATA_BUDAYA_sebagai_salah_satu_alat_pelestari_kesenian_tradisional
Antara
News. 2013. Lebih Satu Juta Wisatawan ke Lombok. (Diakses 28 Oktober 2014).
URL: http://www.antarabali.com/berita/33190/lebih-satu-juta-wisatawan-ke-lombok
Galus,
Hend. 2014. Mengenal Suku Sasak Lebih Jauh di Dusun Sade, Rembitan. (diakses 08
November 2014). URL: http://wisatalombokaja.blogspot.com/2014/06/suku-sasak-di-dusun-sade-lombok.html
Khalik, Wahyu.
2014. Kajian Kenyamanan dan Keamanan Wisatawan
di Kawasan Pariwisata Kuta Lombok. Tesis.
Bali. Universitas Udayana
Koentjaraningrat,
1986. Pengantar Ilmu Antropologi; Aksara Baru, Jakarta
Magdalen,
Goklasria. -----. Eksotisme Desa Sade Rambitan Lombok. (diakses 08 November
2014). URL: http://goklasria.blogdetik.com/?p=3#sthash.O8DHkGZ6.6YtHpHJG.dpbs
Nurdiansyah. 2014. Peluang dan Tantangan
Pariwisata Indonesia. Bandung. Alfabeta.
Sedarmayanti.
2014. Membengun dan Mengembangkan Kebudayaan dan Industri Pariwisata: Bunga
Rampai Tulisan Pariwisata. Bandung. Refika Aditama
Surya,
Dhanny. 2012. Melihat Kehidupan Suku Sasak di Desa Sade, Lombok. (diakses 08
November 2014). URL: http://dhannysurya.blogspot.com/2012/07/melihat-kehidupan-suku-sasak-di-desa.html
Wikipedia.
2014. Peresean. (diakses 08 November 2014). URL: http://id.wikipedia.org/wiki/Peresean
Yustitia.
2012. Mari Kembali ke Masa Lalu di Desa Sade Rambitan. (diakses 08 November
2014). URL: http://lombok.panduanwisata.com/wisata-sejarah/mari-kembali-ke-masa-lalu-di-sade-desa-rambitan/
Thx Infonya, sangat bermanfaat
BalasHapusterima kasih kembali.
HapusArtikelnya sangat bermanfaat, Makasih
BalasHapus